Reaksi Subtitusi
Reaksi substitusi adalah bentuk reaksi kimia, dimana suatu
atom dalam senyawa kimia digantikan dengan atom lainnya. Reaksi secara umum:
R - H + X2 → R
– X + H – X
Alkana halogen haloalkana asam
klorida
Contoh:
1 atom H dalam metana (CH4)
digantikan dengan 1 atom Cl dalam gas klorin (Cl2) menjadi metal klorida
(CH3Cl) dan asam klorida (HCl).
Reaksi substitusi dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu :
1. Reaksi
Substitusi Radikal Bebas
Reaksi
substitusi radikal bebas terjadi apabila gugus yang mengganti adalah radikal
bebas. Pereaksi radikal bebas adalah
atom atau gugus atom yang mengandung sebuah elektron yang tidak berpasangan.
Pereaksi radikal bebas umumnya digunakan pada reaksi yang menyebabkan pemutusan
homolitik dari substrat. Reaksi ini dimulai dengan pembentukan radikal bebas
yang reaktif. Radikal tersebut beresaksi dengan molekul lain membentuk radikal
bebas baru yang meneruskan reaksi berikutnya. Contoh reaksi substitusi radikal
bebas adalah reaksi antara metana dengan gas klor mengasilkan monoklor-metana
dan asam klorida.
1. Reaksi
Substitusi elektrofilik
Reaksi substitusi elektrofilik
erjadi ketika reagen yang berperan adalah suatu elektrofil. Elektrofil adalah
molekul yang dapat menerima pasangan electron. Reaksi substitusi elektrofilik
biasanya terjadi ada senyawa aromatic, disebut dengan reaksi substitusi
elektrofilik aromatic. Benzene lebih mudah melangsungkn reaksi substitusi
elektrofilik daripada nukleofilik.
2. Reaksi
substitusi nukleofilik
Reaksi substitusi nukleofilik
terjadi ketika reagen yang berperan adalah suatu nukleofil. Nukleofil adalah
molekul yang dapat menyumbangkan sepasang electron membentuk ikatan kimia dalam
reaksi. Suatu nukleofil bereaksi dengan zat alifatik pada reaksi substitusi
nukleofilik alifatik. Contoh reaksi substitusi nukleofilik adalah reaksi antara
etanol dengan asam bromida menghasilkan etil-bromida.
Reaksi substitusi ini dapat
melalui 2 macam meknisme, yaitu
a. SN1
Mekanisme reaksi SN1 hanya
terjadi pada alkil halide tersier. Nukleofil yang dapat menyerang adalah
nukleofil basa sangat lemah seperti H2O, CH3CH2OH.
Mekanisme reaksi SN1 memiliki 3 tahapan. sebagai contoh adalah reaksi antara t-butil bromide dengan air, yaitu :
1.
Pembentukan sebuah karbokation dengan pemisahan
gugus lepas dari karbon, tahap ini berjalan dengan lambat dan reversible
2.
Serangan nukleofilik
3.
Deprotonasi atau penyingkiran proton pada
nukleofil yang terprotonasi oleh ion ataupun molekul disekitar.
Adapun cara mengetahui suatu
nukleofil dan substrat bereaksi dengan mekanisme SN1 yaitu :
1. Kecepatan reaksi tidak bergantung
pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu kecepatan adalah tahap pertama
nukleofil tidak terlibat. Setelah tahap ini terjadi, ion karbonium bereaksi
dengan nukleofil.
2. Jika karbon yang
membawa gugus bebas bersifat kiral, reaksi mengakibatkan hilangnya aktivitas
optic (yaitu, rasemisasi). Pada ion karbonium, hanya ada tiga gugus yang
melekat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi
sp2 dan berbentuk datar.
3. Jika substrat R-L
bereaksi melalui mekanisme SN1, reaksi berlangsung cepat jika R merupakan
struktur tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer. Reaksi SN1
berlangsung melalui ion karbonium, sehingga urutan kereaktifannya sama dengan
urutan kemantapan ion karbonium. Reaksi bergantung lebih cepat jika ion
karbonium lebih mudah terbentuk.
Permasalahan 1 : apa yang menyebabkan tahap 1
pada mekanisme reaksi SN1 berjalan lambat?
a. SN2
Mekanisme
reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halide primer dan sekunder. Nukleofil yang
menyerang adalah jenis nukleofil kuat seperti
–OH, -CN, CH3O-. Seragan
dilakukan dari belakang. Berikut contoh reaksi SN2 pada bromoetana dengan
ionhidroksida berikut :
Adapun cara mengetahui suatu
nukleofil dan substrat bereaksi dengan mekanisme SN2 yaitu :
1. Karena nukleofil
dan substrat terlibat, kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi kedua
pereaksi tersebut. Reaksi ion hidroksida dengan etil bromide adalah salah satu
contoh reaksi SN2. Jika konsentrasi basa (OH-) dilipat duakan, kita dapati
bahwa reaksi berjalan dua kali lebih cepat.Hasil yang sama diperoleh jika
konsentrasi etil bromide di lipatduakan. Akan kita lihat segera bahwa sifat
kecepatan reaksi begini tidak terdapat pada proses SN1.
2. Reaksi
terjadi dengan pembalikan(inverse) konfigurasi. misalnya, jika kita mereaksikan
(R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-2-butanol. ion
hidroksida harus menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat substitusi
terjadi, ke tiga gugus yang melekat pada karbon sp3 membalik. Jika OH
menempati kedudukan yang samadengan Br, tentu (R)-2-butanol yang akan
diperoleh.
jika substrat R-L bereaksi
melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat apabila R merupakan gugus
metil atau gugus primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier. Gugus R
sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk urutan reaktivitas jika
kita menggambarkan mekanisme SN2. Di bagian belakang karbon, tempat penggantian
terjadi, keadaannya akan semakin berdesakan apabila gugus alkil yang melekat
pada karbon yang membawa gugus pergi semakin banyak, sehingga reaksinya menjadi
lambat.
Jadi, reaksi substitusi
nukleofilik terdiri dari dua jenis yaitu substitusi nukleofilik bimolekuler
(Sn-2) dan substitusi nukleofilik unimo-lekuler (Sn-1). Reaktan yang lazim
digunakan untuk reaksi substitusi nukleofilik adalah organo halida karena ion
halogen (X") adalah mempakan nukleofil yang sangat lemah (gugus pergi)
yang baik.
Perbandingan SN1 Dan SN2
SN2
|
SN1
|
Reaksi serempak/serangan dari
belakang
|
Proses melaui 2 tahap
|
Bereaksi dengan nukleofilik
kuat/basa lewis
|
Bereaksi dengan nukleofili
lemah/basa lewis
|
Bereaksi baik dengan alkil
primer dan sekunder, halide anilik dan benzyl halida
|
Bereaksi baik dengan alkil
tersier, sekunder (lambat), halide anilik dan benzyl halida
|
Pelarut nonpolar/polar aprotik
|
Pelarut polar/polar protik
|
Berikut ini ada beberapa petunjuk
yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu nukleofil adalah kuat atau
lemah.
1. Ion nukleofil bersifat
nukleofil. Anion adalah pemberi elektron yang lebih baik daripada molekul
netralnya. Jadi :
2. Unsur yang berada
pada periode bawah dalam tabel periodik cenderung merupakan nukleofil yang
lebih kuat daripada unsur yang berada dalam periode di atasnya yang segolongan.
Jadi :
3. Pada periode yang
sama, unsur yang lebih elektronegatif cenderung merupakan nukleofil lebih lemah
(karena ia lebih kuat memegang elektron).
Mohon bantuannya teman atas
permasalahannya dan perbaikan jika ada yang kurang tepat.
Assalamualaikum feni. Postingannya bermanfaat sekali. sedikit saran, pada postingan anda ini reaksiyg ada tulisannya berwarna hitam sama seperti background blog nya, jadi sedikit membinungkan pembaca.
BalasHapusSelanjutnya saya (Sinda Febrilia Miharti A1C114018 ) ingin menjawab permasalahan pada postingan anda ini, yaitu pada permasalahan 1, apa yang menyebabkan tahap 1 pada mekanisme reaksi SN1 berjalan lambat? Hal ini disebabkan oleh salah satu Faktor yang mempengaruhi reaksi SN1 yaitu Efek substituen : dimana Karbokation yang terbentuk pada SN1 menentukan laju reaksi. Karbokation yang lebih stabil akan mempercepat laju reaksi substitusi. Karbokation primer dan kation metil bersifat tidak stabil, sehingga alkil halida primer maupun metil halida tidak menjalani reaksi SN1.
Terimakash. ;)
terimasih sinda telah mengingatkan, akan saya perbaiki postingannya agar tampak lebih jelas.
Hapusterimakasih juga atas jawaabannya sangat membantu sekkali :)
assamulaikum, nama saya wangi naselia vilasta(A1C114019). terima kasih atas informasi sangat bermanfaat bagi saya
BalasHapussama-sama :)
Hapusterima kasih feni postingan anda sangat bermanfaat
BalasHapussaya Syafira Tiaradipa (A1C114002) akan mencoba menambahkan jawaban pertanyaan no.1 anda yang telah dijawab oleh saudari sinda
pertanyaannya yaitu apa yang menyebabkan tahap 1 pada mekanisme reaksi SN1 berjalan lambat?
cepat lambatnya reaksi SN1 dapat disebabkan oelh pelarut yang digunakan, Oleh karena reaksi SN1 melibatkan pembentukan zat antara karbokation yang tidak stabil pada tahap penetapan laju reaksi, segala sesuatu yang dapat memfasilitasinya akan meningkatkan laju reaksi. Pelarut yang biasa digunakan biasanya bersifat polar (untuk menstabilisasikan zat antara secara umum) dan protik (untuk melarutkan gugus lepas secara khususnya). Pelarut polar protik meliputi air dan alkohol, yang juga dapat bertindak sebagai nukleofil.
demikianlah jawaban dari saya, mohon maaf apabila terdapat kekeliruan
terimakasih syafira atas jawabannya. semakin bertambah ilmu yang saya dapatkan dari anda :)
Hapussaya akan mencoba menjawab permasalahan 2 :
BalasHapusMenurut literaratur yang saya baca, Mekanisme reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida primer dan sekunder. Nukleofil yang menyerang adalah jenis nukleofil kuat seperti -OH, -CN, CH3O-. Serangan dilakukan dari belakang. Untuk lebih jelas, perhatikan contoh reaksi mekanisme SN2 bromoetana dengan ion hidroksida berikut ini.
Mekanisme reaksi SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier. Nukleofil yang dapat menyerang adalah nukleofil basa sangat lemah seperti H2O, CH3CH2OH
Terdiri dari 3 tahap reaksi. Sebagai contoh adalah reaksi antara t-butil bromida dengan air.
terimakasih septina, membantu sekali :)
Hapusterimakasih tetapi saya masih belum begitu mengerti perbedaan antara substitusi dengan eliminasi? terima kasih
BalasHapussama-sama. baiklah gozi sangat akan mencoba membantu anda. Reaksi substitusi adalah bentuk reaksi kimia, dimana suatu atom dalam senyawa kimia digantikan dengan atom lainnya.sedangkan reaksi eliminasi adalah reaksi penghilangan suatu gugus atom pada suatu senyawa.Pada reaksi ini, dua atom atau gugus yang masing-masing terikat pada dua buah atom C yang letaknya berdampingan dilepaskan oleh suatu pereaksi sehingga menghasilkan ikatan rangkap.
Hapussemoga membantu :)
permisi boleh minta tolong gag?
BalasHapusBuatlah persamaan reaksi berikut:
a. 1-bromobutana+natrum iodida
b. p-klorobensil+natrium sianida
c. t-butil bromida+metanol
d. 1-metil-bromosikloheksana+air